Kuliah Bahasa Jepang

Kelas bahasa Jepang (Sougou:intensif class)

 

Hari ini Selasa 20 Oktober 2015. Minggu ke dua saya mengikuti kelas bahasa Jepang di Gifu University. Memperhatikan para Sensei (Pengajar) di sini dalam mengajar di kelas sungguh menarik. Selalu saja ada yang membuat bersemangat. Dan saya pun jadi membayangkan mungkin akan saya contoh ketika nanti saya pulang.

 

Belajar di sini dikondisikan untuk aktif. Selalu ada pertanyaan yang dilempar ke mahasiswa, tapi saya melihat tidak ada dari mereka yang merasa tertekan, semua enjoy. Pernah pada suatu pertemuan di kelas. Semua disuruh untuk membuat contoh satu kalimat dalam bahasa Jepang. Ketika ternyata kalimat yang berusaha dibuat oleh siswa itu salah, tidak ada satupun dari kami yang menertawakan atau membantu membetulkan. Kami semua diam memperhatikan dan memberikan kesempatan, tidak ada yang saling menyahut. Sensei juga menunggu dia menjawab dengan tepat. Jika jawaban kurang tepat, selalu disampaikan tolong ulangi sekali lagi. Sampai menjadi benar kalimat yang dibuatnya. Jika tiga kali belum tepat, maka barulah Sensei memberi keterangan/dijelaskan ditulis di papan tulis. Sampai yang bersangkutan paham paham. Sabar banget ya? Harus! Hehe.

 

Selalu memuji. Jika kalimat dalam bahasa Jepang sudah dibuat dengan baik dan tepat, maka Sensei akan memujinya. Ii desu ne (Good job). Tidak ada kalimat Sensei yang terkesan menjatuhkan atau membuat minder.

 

Kuis. Kami selalu diajak untuk berfikir. Bukan yang berat-berat, misalnya kenapa kurs dolar naik terus. Bukaaaaan. Tapi diajak berfikir yang sederhana saja. Contoh, coba buatlah mahasiswa di kelas ini menjadi dua kelompok sama besar. Kelas saya ada 29 siswa di dalam kelas (Campur antara mahasiswa Jepang dan mahasiswa asing). Maka Sensei akan mengajukan pertanyaan siapa yang bisa membagi siswa yang ada di kelas ini menjadi dua sama besar. Saat itu, ada seorang mahasiswa Jepang, S1 tahun pertama, maju ke depan kelas, kemudian mencoba membagi kelas menjadi 2 bagian. Mahasiswa Jepang itu bilang,

“Orang yang pagi ini sarapannya dibuat sendiri maka silakan berdiri di sebelah kanan ruang kelas, sedangkan yang sarapannya pagi ini beli maka silakan berdiri ke sebelah kiri”

 

Maka semua siswa pun bergerak menuju ke kanan atau kiri. Daaaaaaan tralalala…… Jumlah yang ada di kanan dan kiri hampir seimbang, hanya selisih 1 orang, karena memang ganjil. Keren kan? Kemudian tepuk tangan pun menjuru di kelas untuk mahasiswa Jepang tersebut. Salah satu siswa Jepang yang lain mencoba ke depan, dan mengajukan pertanyaan lagi untuk berusaha bisa membuat kelas terbagi dua sama besar. Pertanyaannya adalah, yang pagi ini ke kampus naik sepeda/mobil ke kanan, sedangkan yang jalan kaki ke sebelah kiri. Dan orang-orangpun semua bergerak menempatkan diri. Hasilnya, sebagian besar mahasiswa naik sepeda. Jumlahnya tidak seimbang. Hmm belum berhasil. Lanjut lagi, Sensei bertanya siapa yang bisa membagi kelas menjadi dua sama besar. Begitulah seterusnya.

 

Kuis kedua.

Kami sekelas ditantang untuk menyebutkan angka satu sampai dua puluh. Dengan syarat satu orang menyebut satu angka, tidak boleh ada dua orang menyebut angka yang sama. Maka dimulailah perhitungannya. Teman-teman siswa Jepang di kelas lalu mulai berhitung acak,

“Satu.” Suara dari depan kelas.

“Dua.” Suara dari belakang kelas.

“Tiga.” Dari belakang kelas.

Sunyi sebentar.

Lalu terdengar lanjut lagi, acak tempatnya.

“Empat.” Dari tengah.

“Lima.” Dari tengah.

 

Senyap ta ada suara, beberapa detik kemudian.

“Enam.”

“Tujuh.” dan seterusnya sampai 20.

 

Semua deg-degan khawatir jika ada yang bersamaan. Tapi mahasiswa-mahasiswa Jepang keren banget, tidak ada yang bersuara bersamaan. Sampai hitungan ke dua puluh. Keren! Tepuk tangan langsung mengisi kelas saat itu. Giliran siswa asing ditantang untuk melakukan hal yang sama, berhitung mulai. Satu, dua, tiga (Eh ada dua orang yang menyebut angka tiga) Gagal deh. Tidak dilanjutkan. Semua berebut ingin mengucapkan angka.

 

Hikmah yang saya petik dari pelajaran hari ini adalah

  1. Mereka bersabar tapi tetap berfikir dan bertindak cepat dan tepat.
  2. Mereka saling menunggu untuk mempersilakan teman jika ada yang mau menyumbang angka. Jadi tidak terburu-buru.

 

Menurut saya hal itu keren dan unik. Membuat mereka berfikir dan bertindak dalam kondisi yang sederhana, maka mereka juga siap untuk hal yang lebih rumit. Maybe.

 

Cerita kuliah di kelasnya sambung lagi lain kali ya. 🙂