Menonton Yakyu di Kampus Gifu

Menonton Yakyu

 

Siang itu (Selasa, 6 Oktober 2015) saya menunda makan siang karena asyik internetan di Lab, maksud hati jam satu saja makannya. Eh malah temen Lab ngajak menonton yakyu. Softball Jepang. Wow, kapan lagi bisa nonton life. Akhirnya makan siangku delay (Note: Jangan menunda makan siang, usahakan selalu pukul dua belas sampai pukul satu). Saya ikuti temen-temen lab ke lapangan olah raga, ya kalau jalan mungkin  500 m jaraknya dari Lab. Semua temen-temen itu sungguh cerianya, saya lihat dari raut wajahnya. Ternyata ini adalah agenda tiap tahun, tanding antar jurusan sepertinya. Semua heboh dengan kekompakan tiap kelompok. Dimulai dari seragam kaosnya yang unik sampai yel-yel yang digunakan agar semangat bertanding. Nah karena kami peternakan, maka kami kaosnya ada gambar ternaknya, temen Lab ada yang jago ngegambar. Kemudian yel-yelnya tidak jauh dari peternakan. Dari sapi, ayam, kuda, semua disebut, endingnya adalah kekuatan peternakan, yosh. 😀

 

Berhubung saya ga paham role permainan yakyu, maka saya duduk manis saja memperhatikan dari pingar lapangan. Sebelum yakyu dimulai ada upacara pembukaannya dulu, tapi santai, ya kayak sambutan gitu, semua memperhatikan. Lalu mulai dibagi grup mainnya, karena ada 6 kelompok, jadi ada 3 pertandingan dalam waktu yang sama. Setelah ada pemenang masing-masing grup, maka yang menang akan lawan yang menang, lalu yang kalah tanding dengan yang kalah.

Foto pertandingan

 

Ada beberapa catatan penting yang saya dapatkan dari mereka bermain yakyu.

  1. Sang pemukul bola selalu mengucapkan onegaishimasu, yang artinya please atau tolong bolanya dilempar, dan yang akan melempar bola pasti juga akan menjawab sopan. Hai, ikimasu. (Siap ya, bola saya lempar.) kalau melemparnya tidak pas, maka si pelempar bola selalu bilang gomen nasai. (Maafkan saya, karena melemparnya kurang pas).
  2. Jika bola tidak terpukul padahal sudah diayun sekuat tenaga, semua memuji, keren kekuatannya. Tidak ada yang menertawakannya.
  3. Jika bola terpukul jauh dan si penangkap bola di nun jauh disana tidak bisa menangkap, meski sebenarnya posisinya strategis dan mudah. Namun dia kesulitan menangkap, mungkin karena silau atau karena menggunakan kacamata. Maka tidak ada tuduhan-tuduhan menyalahkan, semua tertawa ceria tidak ada ketakutan, kekecewaan atau penyesalan. Mereka melupakan kesalahan temennya begitu saja dan kembali focus ke permainan. Teman yang tak bisa menangkap bola juga meminta maaf. Mungkin dugaan saya, itu agar temennya tidak dihantui rasa bersalah yang malah akan memengaruhi fokusnya bermain yakyu.
  4. Suatu ketika yang melempar bola di tengah lapangan itu, karena saking kuatnya dia melempar, kaca matanya ikut terjatuh. Semua temen yang dipinggir langsung lari mendekat untuk mengambilkan kaca matanya yang jatuh, meski tertawa geli, tapi mereka helpful. Sang pelempar bola juga tersenyum-senyum sendiri, karena tentu saja di tak bisa menemukan kacamatanya sendiri, karena tidak kelihatan. Hmmm. Kalau di kita bagaimana ya, kadang malah ngerjain, sengaja ga diambilkan lalu melihat temen kita kelimpungan mencari dan menertawakannya. Hmm sungguh itu tidak lucu. Dan tidak berperikemanusiaan. Menurutku.
  5. Jika ada yang berhasil memukul bola sampai jauh dan bisa lari sampai home run, mereka ceria luar biasa, berteriak menyemangati. Naisu ! (Nice!). kalau sedang berjuang lari, maka disemangati Faito! (Fight!)
  6. Saya jadi berfikir kenapa olah raga ini sangat popular di Jepang. Itu karena olah raga ini perpaduan dari kekompakan, keahlian, keberuntungan (dari Allah), kecerdikan, ketekunan dan kesabaran.

Saya yang baru melihat olah raga ini sekali saja langsung jatuh cinta. Menarik.

Jadi ingin mencoba sebenarnya. Tapi saat itu saya pakai rok, jadi ga mungkin bisa gabung, wong pakai acara lari kan olahraganya. Hiks.

Thanks for reading!