Sekolah SD di jepang Part 2

Mulai awal masuk sekolah

Anak saya masuk sekolah mulai 9 Oktober 2016. Tidak paham satupun Bahasa Jepang. Ke sekolah saya hantar jalan kaki, dan sampai sekolah saya tunggui sampai sore pulang sekolah, untuk membantu menerjemahkan instruksi guru. Perintah-perintah sederhana mulai dipelajari, seperti: Tulislah! Masukkan buku ke dalam tas! Berdiri! Duduk! dan lain-lain.

Karena anak saya masuk masa adaptasi, maka wajib bagi orang tua untuk mangantar dan menjemput anak ke sekolah selama sebulan, sampai anak merasa nyaman dan berani untuk berangkat sendiri ke sekolah.

Anak SD harus sudah berada di sekolah pukul 8 pagi, sehingga anak-anak akan berangkat sekolah sebelum pukul 8. Yang terlambat tidak dimarahi atau dihukum, tapi anak akan merasa malu sendiri karena tertinggal pelajaran, dan merasa malu karena teman-temannya sudah menunggunya untuk memulai pelajaran.

Setelah satu bulan, anak saya sudah berani berangkat sendiri. Anak saya berangkat ke sekolah pukul 7:30 pagi menuju titik kumpul anak-anak. Jadi, setiap anak akan mempunyai titik kumpul, yang rumahnya saling dekat. Mereka berangkat sekolah harus berkelompok dan berjalan kaki. Jumlah kelompok antara 3 sampai 10 anak pun ada. Titik kumpul ditandai dengan gambar anak sekolah di suatu lokasi. Mereka akan menunggu teman-teman kelompoknya sampai waktu berangkat yang telah ditetapkan. Kelompok anak saya terdiri dari 7 orang, berkumpul pukul 7:40 lalu berangkat ke sekolah bersama-sama. Saya biasanya hanya mengantar sampai titik kumpul itu. Jika sampai pukul 7:40 ada anggota yang tidak datang, maka dianggap tidak berangkat sekolah, kelompok itu akan tetap berangkat sesuai jadwal. Kelompok lain berbeda titik kumpul dan jadwal berkumpul. Anak-anak berjalan ke sekolah dengan rapi, satu yang paling tua berada di depan sebagai pemimpin rombongan, kemudian di belakangnya berurutan anggota kelompoknya disesuaikan dengan tingkatan kelasnya, kelas rendah di depan, kelas paling atas /6 ada paling belakang. Ketua kelompok bertanggung jawab terhadap anggotanya. Menghitung jumlah dan membantu menyetop mobil jika akan menyeberang jalan. Meski begitu, di setiap penyebarang jalan/ zebra cross, akan selalu ada orang tua piket membawa bendera kuning untuk membantu para anak SD ini menyeberang jalan. (saya bahas di part 3).

Semua anak SD wajib jalan kaki menuju sekolah, seberapapun jauhnya. Bahkan sejauh 2 km pun jarak rumah dengan sekolah, anak tetap harus jalan kaki bersama grupnya. Namun untuk kasus-kasus tertentu, ada anak yang dihantar dengan mobil oleh orang tuanya, namun ini tidak banyak. Dalam hal ini, bisa jadi karena anak itu berkebutuhan khusus, atau rumahnya terlalu sangat jauh dan tidak ada grup untuk berangkat bersama. Berkebutuhan khusus ini bukan cacat. Karena ada sekolahnya tersendiri. Namun untuk SD negeri yang umum, mereka juga menerima murid yang mempunyai perbedaan. Misal anak terlalu aktif, atau susah dikendalikan, atau susah fokus atau sulit berinteraksi dengan teman-temannya. Maka mereka akan berada di kelas khusus dengan penanganan yang spesial. Kelas ini namanya nakayoshi (berteman baik), ada kelas satu sampai 6 juga, namun isi pelajaran berbeda dengan kelas yang normal.

Sampai di sekolah, setelah masuk gerbang sekolah, anak-anak akan disambut oleh guru mereka yang sudah berdiri di berbagai titik, karena gerbang masuk sekolah ada beberapa titik, karena luasnya. Tidak semua guru, tetapi beberapa yang memang sepertinya sudah dijadwalkan. Selain guru, mereka disambut juga oleh teman-temannya (baik adik kelas maupun kakak kelas) yang sudah datang dulu sampai di sekolah, mereka berbaris sampil mengucapkan ohayou gozaimasu (selamat pagi, dengan suara yang nyaring) dan mengulurkan tangan untuk high five (tos) , menjadikan pagi semakin bersemangat untuk belajar.

Anak-anak sampai di kelas pukul 8. Meski pelajaran belum dimulai, namun mereka sudah di dalam kelas menulis renraku chou (buku komunikasi) yang berisi jadwal untuk hari selanjutnya dan barang apa yang harus dibawa besok. Serta terkadang ada catatan pesan dari guru untuk orang tua murid di buku itu. Setelah selesai menulis, pelajaran dimulai pukul 8:10 ,dokusho jishiben atau dokusho, belajar sendiri membaca buku atau menulis sesuatu. Pukul 8:30 menyanyi mengawali pelajaran hari itu. Lalu pelajaran benar-benar dimulai pukul 8:45.

Mengenai menyanyi ini, saya pernah mengikuti atau mengikuti observasi kelas (akan saya bahas di part 3). Lagu yang dinyanyikan anak-anak ini berubah setiap 6 bulan mungkin, isinya tentang semangat belajar, semangat menyongsong masa depan, atau hal positif lain, misalnya harus percaya diri, jangan berkecil hati dengan kekuranganmu karena semua orang itu spesial, tunjukkan senyummu karena smua orang menyukaimu. Begitu yang saya tangkap dari lagu-lagu yang anak-anak itu nyanyikan.

Istirahat pertama 10:20-10:40.

Jam makan siang dimulai pukul 12:20. Diawali dengan piket siapa yang melayani mengambilkan makan; nasi, sayur dan lauk. Sekitar 6 anak akan piket setiap hari melayani teman-temannya. Lalu jam 13:30 souji/membersihkan sekolah, ada yang di halaman, di toilet dan lorong. Maka di SD tidak akan ditemukan pak tukang kebun atau petugas kebersihan sekolah. Karena semua anggota sekolah bertanggung jawab terhadap kebesihan sekolah. Termasuk orang tua.

Untuk anak kelas 1 sampai dengan kelas 3, pelajaran berakhir pukul 15:00, sedangkan kelas 4-6 berakhir pukul 16:00. Anak kelas 3, setiap hari jumat sering pulang jam 16:00 untuk mencoba melatih jika nanti kelas 4 pulang jam segitu tidak akan terkejut. Hari sabtu dan minggu libur.

Jika di antara hari aktif (senin-jumat) ada tanggal merah (biasanya hari senin tanggal merahnya), maka hari sabtu akan masuk sampai pukul 11:30 (tidak ada makan siang).

Proses pulang sekolah ini juga unik. Sebelum mereka pulang menuju rumah masing-masing. Anak-anak semua berkumpul di depan sekolah sesuai dengan kelasnya, setelah itu sesuai dengan kelompok pulangnya, dengan dibantu pak guru mengecek kelengkapan anggota grup. Jika semua sudah siap pulang, baru kemudian guru akan memberi motivasi, hati-hati jika pulang, besok datang ke sekolah lagi dengan semangat ya, sayonara (selamat tinggal or sampai pertemu lagi besok).

 

Begitulah sekolah di Jepang. Tentu ini kurang detil, karena saya tidak berada di sekolah terus menerus, jadi tidak mengetahui pasti system secara keseluruhan. Sharing pengalaman ini hanya sejauh sepengetahuan saya mengenai anak saya yang sekolah di Kurono syogakkou.

 

Terima kasih sudah membaca.